Kamis, 26 Juni 2014 0 komentar

La Classe Laissez Paire!

Aku gatau mau bilang apa, mungkin kata-kata tak mampu menggambarkan apa yang kurasakan. Haha
Awal masuk sekolah ketika aku kelas dua SMA, aku merasa kurang enak. Rasa kurang enak itu mungkin disponsori oleh pertemuanku dengan orang lama berpisah dan perjuanganku satu semester akan kumulai dengan orang-orang yang baru. Ya namanya juga manusia, kalau berada di tempat yang baru pasti harus beradaptasi alias menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dihadapinya. Begitulah yang kurasakan…..
Aku bersekolah di SMA RK Budi Mulia, Pematangsiantar. Kelas 2IPS2, kelas ini merupakan kelas besar di SMA BM, letaknya di gedung baru. Kalau mau kesana mesti naik tangga, dan berada disudut lebih tepatnya lagi disamping kantor BP. Hahaha
Rabu, 25 Juni 2014 0 komentar

OB-RT-CG, thank you La Classe Laissez Paire!^^



Sebenarnya aku ga tahu harus memulai darimana, yang kutahu itu sebenarnya mendaki pusuk puhit hingga ke puncaknya adalah salah satu alasan kenapa aku memilih bersekolah di SMA Budi Mulia.
Sejak awal aku masuk ke sekolah itu, aku berpikir apakah aku bisa merasakan surganya BoeMi di kelas dua atau tidak. Aku selalu menunggu, menunggu dan menunggu. Hingga pada akhirnya laporan hasil semster duaku menunjukkan bahwa aku naik kelas. Banyak yang mengatakan kalau kelas dua itu adalah surga dan nerakanya BoeMi.
Surganya itu ketika:
1.      Outbound
Ini dilaksanakan disemester ganjil, tempatnya di Nagahuta. Selama 3 hari 2 malam, hari-hari kami penuh dengan bermain dengan permainan yang cukup menantang
2.      Retret
Kalau program sekolah yang kedua ini dilaksanakan diawal semester genap, tepatnya bulan Januari. Dilaksanakan di Rumah Retret Samadi Maranatha, Berastagi. Disini kami para pendekar berubah menjadi pendeta untuk sementara waktu, akka na talak babana gabe markurang talak na. Kerja kami duduk, diam, menangis, bermenung, dsj.
Tapi ketika hari kedua, tepatnya sewaktu game, nampaklah asli kami kayak mana. Karena, kami disuruh untuk menyembunyikan harta kami (pulpen) sesuka hati kami disekeliling Maranatha. Kami berpikir kalau yang mengambil itu teman kami, supaya mereka mengalami kesulitan dalam mencarinya. Banyak diantara kami menyembunyikan ke tempat yang sangat jauh, dan sulit dijangkau. Ada yang dekat tapi untuk mengambilnya mesti melompat. Setelah kami semua selesai menyembunyikan harta kami, kamipun disuruh berkumpul  membentuk satu lingkaran bersama kelompok kami kemudian kaki kamipun diikat bersama kaki teman kami yang disamping. Dari sini kelihatanlah belang kami *ups
 
;