“Mengapa
semua ini terjadi padaku?” itulah pertanyaan yang sering kutanyakan kepada
diriku sendiri.
Aku
masih bingung dengan skenario hidup yang diberikan Tuhan kepadaku. Ibuku
meninggal ketika melahirkanku, aku belum pernah mendapat perhatian dari seorang
Ibu kecuali aku ketika didalam kandungan. Selama 9 bulan dia membawa aku
kemanapun dia pergi, dia memberiku gizi lewat apa yang dimakannya selama aku
dalam kandungan. Aku hanya diperhatikan oleh seorang Ayah, selain dia menjadi
ayah dia juga sebagai seorang ibu bagiku. Dia sangat tulus memelihara aku
hingga aku menjadi seorang yang dewasa seperti ini, namun terkadang aku
berpikir kalau ayahku saja sudah seperti ini pasti ibuku jauh lebih baik dari
ini.
Ketika
aku mengenyam pendidikanku di bangku SD aku selalu dikucilkan dan disingkirkan
oleh teman-temanku karena aku adalah seorang anak yang tidak mempunyai seorang
ibu dan aku adalah seorang yang miskin begitulah hingga aku duduk di bangku
SMA. Sikap mereka yang seperti itu membuat hubunganku semakin dekat dengan
Tuhan, aku sering berdoa kepada-Nya supaya Dia membuat aku semakin kuat
menjalani kehidupanku.
Sejak kecil aku sudah diajarkan oleh ayahku untuk
bekerja keras dan dia sering mengatakan kepadaku seperti ini, “Siapa yang
menabur dialah yang akan menuai. Kalau sekarang saja kamu sudah menjadi
pemalas, bagaimana kehidupanmu dimasa yang akan datang? Kita pasti akan
dipisahkan oleh Tuhan lewat kematian namun kita tak tahu kapan itu terjadi jadi
bersikap mandirilah sejak saat ini.”