Rabu, 16 Oktober 2013 0 komentar

UMAT BERAGAMA

Kata “Beragama” sudah sangat sering kita dengar, entah di buku, di majalah, di novel, di internet, dsb. Namun demikian, belum semua orang yang menganut agama itu menjiwai makna dari agama itu sendiri.
Hampir seluruh manusia di dunia menganut agama tertentu. Setiap agama yang dianut manusia biasanya mengajarkan cintakasih, kerukunan dan persaudaraan sejati. Semua agama mengajarkan keselamatan, arti hidup dan cara hidup beretika dan bermoral. Namun arti agama dan fungsi agama pada akhirnya menjadi kabur, bahkan lebih parah lagi tidak tahu atau tidak mengerti.
Sikap yang mencemarkan nilai murni dalam hidup beragama adalah fanatisme, salah paham, mencemari agama oranglain, dsb. Pernah suatu ketika, teman saya yang beragam Kristen Protestan bertanya kepada saya, “Eh, kalian kok nyembah-nyembah patung (bundamaria) sih?” Kemudian saya menjawab, “Kami itu bukan menyembah-nyembah patung, tetapi itu adalah simbol penghormatan kami kepada Bunda maria, dan itu sebagai sarana.” Itulah contoh, karena ketidak tahuan sehingga terjadi salah paham antara agama yang satu dengan yang lain.
Menurut saya, sebagian besar orang beragama bukan karena dorongan hati, tetapi hanya sebagai formalitas saja, beragama hanya sebagai pengisi identitas (KTP), dan takut dikucilkan atau disingkirkan masyarakat setempat. Bukan begitu?
Beragama yang benar itu, bukan dengan pergi ke gereja, vihara, mesjid, dsb secara rutin dan melaksanakan aturan-aturan agama untuk menghindari dosa. Tetapi, beragama itu seharusnya didasarkan atas dorongan dari dalam hati untuk mencari kebenaran, beragama itu menjalin hubungan yang semakin mendalam dengan Tuhan dan sesama. Beragama yang benar itu adalah, menjadikan agama sebagai pedoman hidup sehari-hari. Dan praktek agama yang benar adalah dengan menjalin kerukunan sejati, seperti saling memahami.
 
;